1.
Klasifikasi iklim:
Iklim adalah keadaan rata-rata udara dari suatu
daerah yang relatif luas dan dalam jangka waktu yang lama (kurang lebih 30
tahun). Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi.
a) Iklim Matahari
Klasifikasi
iklim matahari berdasarkan banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima suatu
daerah dan terpengaruh oleh besar kecilnya garis lintang. Perbedaan garis-garis
lintang di permukaan Bumi berpengaruh terhadap jumlah energi sinar matahari
yang ditemuinya. Keadaan ini menyebabkan suhu udara di wilayah lintang rendah
(khatulistiwa) lebih panas dibanding wilayah lintang tinggi (kutub).
Daerah yang memiliki garis lintang yang semakin besar, maka semakin sedikit sinar matahari yang diterima daerah tersebut dan sebaliknya. Iklim matahari merupakan satu-satunya klasifikasi iklim berdasarkan segi fisik, yakni garis lintang yang ada di bumi.
Daerah yang memiliki garis lintang yang semakin besar, maka semakin sedikit sinar matahari yang diterima daerah tersebut dan sebaliknya. Iklim matahari merupakan satu-satunya klasifikasi iklim berdasarkan segi fisik, yakni garis lintang yang ada di bumi.
Pembagian Iklim
Matahari
1)
Daerah Iklim Tropis : dengan letak
lintang antara 23,5o LU - 23,5o LS.
2)
Daerah Iklim Sub Tropis :
dengan letak lintang antara 23,5o LU
- 40o LU dan 23,5o LS
- 40o LS.
3)
Daerah Iklim Sedang : dengan letak
lintang antara 40o LU – 66,5o
LU dan 40o LS – 66,5o LS.
4)
Daerah Iklim Kutub
: dengan letak lintang antara 66,5 o LU - 90o LU dan 66,5o
LS - 90o LS.
b) Iklim Fisis
Iklim
fisis adalah iklim yangpembagiannya didasarkan pada kenyataan kondisi
sebenarnya suatu daerah yang disebabkan pengaruh lingkungan alamnya.
Factor-faktor lingkungan itu sebagi berikut.
a.
Pengaruh daratan yang luas.
b.
Pengaruh penutup lahan (vegetasi).
c.
Pengaruh topografi (relief).
d.
Pengaruh arus laut.
e.
Pengaruh lautan.
f.
Pengaruh angin.
Iklim
fisis dapat dibedakan menjadi:
a.
Iklim laut (Maritim)
Iklim laut berada di daerah (1) tropis dan sub
tropis; dan (2) daerah sedang. Keadaan iklim di kedua daerah tersebut sangat
berbeda. Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang
40°, adalah sebagai berikut:
Suhu rata-rata
tahunan rendah;
Amplitudo suhu
harian rendah/kecil;
Banyak awan,
dan
Sering hujan
lebat disertai badai
Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai
berikut:
Amplituda suhu
harian dan tahunan kecil;
Banyak awan;
Banyak hujan di
musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik;
Pergantian
antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba
b.
Iklim Darat (Kontinen)
Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub
tropis, dan di daerah sedang. Ciri-ciri iklim darat di daerah tropis dan sub
tropis sampai lintang 40, yaitu sebagai berikut:
Amplitudo suhu
harian sangat besar sedang tahunannya kecil; dan
Curah hujan
sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai taufan.
Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai
berikut:
Amplitudo suhu
tahunan besar;
Suhu rata-rata
pada musim panas cukup tinggi dan pada musim dingin rendah; dan
Curah hujan
sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.
c.
Iklim Dataran Tinggi
Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan
ciri-ciri, adalah sebagai berikut:
Amplitudo suhu harian dan
tahunan besar
Udara kering,
Lengas (kelembaban udara) nisbi
sangat rendah; dan
Jarang turun hujan.
d.
Iklim Gunung
Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di
Tibet dan Dekan. Ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut:
Amplitudo suhu
lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi;
Terdapat di
daerah sedang;
Amplitudo suhu
harian dan tahunan kecil;
Hujan banyak
jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan hujan;
Kadang banyak
turun salju.
e.
Iklim Musim (Muson)
Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim
musim yang berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
Setengah tahun bertiup angin
laut yang basah dan menimbulkan hujan.
Setengah tahun
berikutnya bertiup angin barat yang kering dan akan menimbulkan musim kemarau.
c) Iklim Koppen
Klasifikasi iklim Koppen didasarkan pada kombinasi
antara temperature udara dengan curah hujan. Kedua unsure ini digunakan karena
sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
Koppen mengklasifikasikan iklim
dunia ke dalam lima jenis iklim utama yang diberi lambing huruf capital, yakni:
a. Iklim Tipe A (Iklim
Hujan Tropis)
Wilayah
beriklim tipe A memiliki curah hujan tinggi,penguapan tinggi (rata-rata 70
cm3/tahun), dan suhu udara bulanan rata-rata di atas 18° C. Curah hujan tahunan
lebih dari penguapan tahunan, tidak ada musim dingin. Indikator vegetasinya
adalah adanya tumbuhan yang peka terhadap suhu tinggi (megatherma) seperti
berbagai jenis palma (kelapa, nipah dan lain-lain). Subregion dari iklim A
adalah iklim Af, Aw, Am, Aw', Aw", As. Ketiga iklim pertama yaitu Af, Am,
dan Aw lebih sering muncul, sehingga dalam pembahasan diarahkan pada ketiga
subregion iklim tersebut. Wilayah beriklim tipe A dikelompokkan menjadi tiga
sebagai berikut.
1)
Iklim tipe Af memiliki suhu udara panas dan curah
hujan tinggi sepanjang tahun. Iklim Af tipe iklim tropik
basah (Tropical wet climate) dengan endapan hujan pada bulan - bulan terkering
sekurang-kurangnya 60 milimeter (2,4 inchi). Di wilayah beriklim tipe A
terdapat banyak hutan hujan tropik. Contoh: wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
Wilayah beriklim tipe Af memiliki ciri:
a) hutan sangat lebat
dan heterogen (bermacam-macam tanaman);
b) terdapat banyak
tumbuhan panjat; serta
c) terdapat jenis
tumbuhan seperti pakis, palem, dan anggrek.
2)
Iklim tipe Am, memiliki suhu udara panas, musim
hujan, dan musim kemarau yang kering. Batas antara musim hujan dan kemarau
tegas. Wilayah beriklim tipe Am antara lain terdapat di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan. Wilayah beriklim tipe Am
memiliki ciri:
a) curah hujan
tergantung musim;
b) jenis tanaman pendek
dan homogen;
c) hutan homogen yang
menggugurkan daunnya ketika kemarau.
3)
Iklim tipe Aw, memiliki suhu udara panas, musim
hujan, dan musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan dengan musim hujan. ).
Tipe iklim Aw tipe iklim basah tropik (tropical wet and dry climate). Ciri tipe
iklim ini adalah memiliki curah hujan di bawah 60 milimeter sekurang-kurangnya
satu bulan. Wilayah beriklim tipe Aw terdapat di wilayah Jawa Timur, Madura,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kepulauan Aru, dan
Papua bagian selatan.
Wilayah beriklim tipe
Aw memiliki ciri:
a) hutan berbentuk
sabana (savana);
b) jenis tumbuhan padang
rumput dan semak belukar;
c) pohonnya berjenis
rendah.
b. Iklim Tipe B (Iklim
Kering)
Ciri
Iklim tipe B adalah penguapan tinggi dengan curah hujan rendah (rata-rata 25,5
mm/tahun) sehingga sepanjang tahun penguapan lebih besar daripada curah hujan.
Tidak terdapat surplus air. Di wilayah beriklim tipe B tidak terdapat sungai
yang permanen. Wilayah beriklim tipe B dibedakan menjadi tipe Bs (iklim stepa)
dan tipe Bw (iklim gurun).
c. Iklim Tipe C (Iklim
Sedang Hangat)
Iklim
tipe C mengalami empat musim, yaitu musim dingin, semi, gugur, dan panas. Suhu
udara rata-rata bulan terdingin adalah (–3)°C – (–8)°C. Terdapat paling sedikit
satu bulan yang bersuhu udara rata-rata 10° C. Iklim tipe C dibedakan menjadi
tiga, sebagai berikut.
1) Iklim tipe Cw, yaitu
iklim sedang basah (humid mesothermal) dengan musim dingin yang kering.
2) Iklim tipe Cs, yaitu
iklim sedang basah dengan musim panas yang kering.
3) Iklim tipe Cf, yaitu
iklim sedang basah dengan hujan dalam semua bulan.
d. Iklim Tipe D (Iklim
Salju Dingin)
Iklim
tipe D merupakan iklim hutan salju dengan suhu udara rata-rata bulan terdingin
< –3° C dan suhu udara rata-rata bulan terpanas > 10° C. Iklim tipe D
dibedakan menjadi dua:
1) Iklim tipe Df, yaitu
iklim hutan salju dingin dengan semua bulan lembap.
2) Wilayah beriklim
tipe Dw, yaitu iklim hutan salju dingin dengan musim dingin yang kering.
e. Iklim Tipe E (Iklim
Kutub)
Wilayah beriklim tipe E
mempunyai ciri tidak mengenal musim panas, terdapat salju abadi dan padang
lumut. Suhu udara tidak pernah melebihi 10° C. Wilayah beriklim tipe E
dibedakan atas tipe Et (iklim tundra) dan tipe Ef (iklim kutub dengan salju
abadi). Iklim tipe E terdapat di daerah Arktik dan Antartika.
Berdasarkan klasifikasi Koppen, sebagian
besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan beriklim C, dan di
Puncak Jaya Wijaya beriklim E. Tipe iklim A dibagi menjadi tiga sub tipe yang
ditandai dengan huruf kecil yaitu f, w dan m sehingga terbentuk tipe iklim Af,
Aw, dan Am.
Kemudian, kelima iklim tersebut dibagi
menjadi beberapa subkelompok dengan huruf kedua sebagi berikut.
s : iklim setepa : iklim semiarid dengan curah hujan rata-rata
tahunan antara 38-76 cm
w : iklim gurun : iklim arid yang kebanyakan mendapat curah
hujan rata-rata tahunan kurang dari 35.
f : lembab,
ditandai dengan hujan yang cukup di setiap bulan, tidak ada musim kering.
m : musim ditandai
dengan kemarau lebih panjang daripada hujan.
Hasil kombinasinya adalah sebagai
berikut.
·
Af = iklim hujan tropic.
·
Aw = Iklim sabana tropic.
·
Bs = iklim stepa.
·
Bw = iklim gurun.
·
Cf = iklim hujan sedang, panas tanpa musim kering, basah
sepanjang tahun.
·
Cw = iklim hujan sedang, panas dengan musim dingin kering.
·
Cs = iklim hutan sedang, panas dengan musim panas yang kering.
·
Df = iklim hutan dingin bersalju, tanpa musim kering, basah
sepanjang tahun.
·
Dw = iklim hutan bersalju dengan musim dingin yang kering.
·
Et = iklim tundra.
·
Ef = iklim salju (iklim yang beku terus menerus/es abadi).
d) Iklim Junghuhn
Junghuhn
mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim
dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di
habitatnya (berdasarkan ketinggian suatu tempat dan jenis tumbuhan yang cocok
tumbuh di suatu daerah). Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat
seperti yang ditunjukkan gambar berikut ini.
Menurut Junghuhn klasifikasi daerah iklim dapat dibedakan sebagai berikut
1. Daerah panas/tropis : ketinggian tempat antara 0 – 600 m dari permukaan laut. Suhu 26,3° – 22°C. Tanamannya seperti padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat.
2. Daerah sedang : ketinggian tempat 600 – 1500 m dari permukaan laut. Suhu 22° -17,1°C. Tanamannya seperti padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran.
3. Daerah sejuk : ketinggian tempat 1500 – 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1° – 11,1°C. Tanamannya seperti teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran.
4. Daerah dingin : ketinggian tempat lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° – 6,2°C. Tanamannya tidak ada tanaman budidaya, kecuali sejenis lumut.
1. Daerah panas/tropis : ketinggian tempat antara 0 – 600 m dari permukaan laut. Suhu 26,3° – 22°C. Tanamannya seperti padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat.
2. Daerah sedang : ketinggian tempat 600 – 1500 m dari permukaan laut. Suhu 22° -17,1°C. Tanamannya seperti padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran.
3. Daerah sejuk : ketinggian tempat 1500 – 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1° – 11,1°C. Tanamannya seperti teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran.
4. Daerah dingin : ketinggian tempat lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° – 6,2°C. Tanamannya tidak ada tanaman budidaya, kecuali sejenis lumut.
e) Iklim Schmidt dan Ferguson
Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan
iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan
basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah
hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah
hujannya
lebih dari 100 mm. Iklim Schmidt dan
Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan atas nilai Q. Nilai Q
merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering dengan jumlah rata-rata
bulan basah. Nilai Q dirumuskan sebagai berikut.
Dikataka bulan kering dan bulan basah
apabila mempunyai tingkat curah hujan sebagai berikut.
1.
Bulan kering : bulan-bulan yang curah hujannya kurang
dari 60 mm.
2.
Bulan basah : bulan-bulan yang curah hujannya lebih
dari 100 mm.
3.
Bulan lembab : bulan-bulan yang curah hujannya antara 60 -
100 mm.
Berdasarkan
klasifikasi tersebut, ditentukanlah jumlah bulan kering dan bulan basah selama
kurun waktu tertentu (Schmidt-Ferguson menggunakan data iklim selama 10 tahun
atau lebih).
TabelKlasifikasi
Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson
Tipe
Iklim
|
Nilai
Q
|
Sifat
|
Vegetasi
|
A
|
0
< Q < 0,143
|
Sangat
basah
|
Hutan
hujan tropis
|
B
|
0,143
< Q < 0,333
|
Basah
|
Hutan
hujan tropis
|
C
|
0,333
< Q < 0,600
|
Agak
basah
|
Hutan
rimba
|
D
|
0,600
< Q < 1,000
|
Sedang
|
Hutan
musim
|
E
|
1,000
< Q < 1,670
|
Agak
kering
|
Sabana
|
F
|
1,670
< Q < 3,000
|
Kering
|
Sabana
|
G
|
3,000
< Q < 7,000
|
Sangat
kering
|
Padang
ilalang
|
H
|
7,000 < Q
|
Luar
biasa kering
|
Padang
ilalang
|
f) Iklim Oldeman
Penentuan
iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim
menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curahhujan. Bulan basah dan bulan kering
dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan
iklimnya disebut juga zona agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200
mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk
membudidayakan palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100
mm tiap bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk
membudidayakan padi sawah selama satu musim. Dalam metode ini, dasar penentuan
bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering sebagai berikut.
a. Bulan basah, apabila
curah hujannya > 200 mm.
b. Bulan lembap,
apabila curah hujannya 100–200 mm.
c. Bulan kering,
apabila curah hujannya < 100 mm.
Berdasarkan
bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau daerah agroklimat
utama seperti tabel berikut ini.
Tabel Klasifikasi Iklim
Menurut Oldeman
g) Thormthwaite
2.
Menjelaskan dasar
klasifikasi iklim!
a.
Iklim matahari
Ø Berdasarkan
pada kedudukan pergeseran semu matahari yang memengaruhi banyaknya sinar
matahari yang diterima oleh permukaan bumi (factor garis lintang).
b.
Iklim fisis
Ø Berdasarkan
pada kenyataan kondisi sebenarnya suatu daerah yang disebabkan pengaruh
lingkungan alamnya.
c.
Iklim Koppen
Ø Berdasarkan
pada kombinasi antara temperature udara dengan curah hujan atau berdasarkan
curah hujan dan suhu udara. Selain itu, juga mempertimbangkan vegetasi dan
penyebaran jenis tanah.
d.
Iklim Junghuhn
Ø Berdasarkan
pada ketinggian suatu tempat dan jenis tumbuhan yang cocok tumbuh di suatu
daerah atau berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis
tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya.
e.
Iklim Schmidt dan Ferguson
Ø Berdasarkan
pada jumlah curah hujan setiap bulan dalamm satu tahun atau jumlah rata-rata
bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah.
f.
Iklim Oldeman
Ø Menggunakan
dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur
curah hujan.
g. Iklim Thormthwaite
3.
Karakteristik iklim di
Indonesia!
Ciri-ciri iklim di indonesia
- Curah hujan tinggi (1800m/tahun)
- Radiasi matahari tinggi
(matahari bersinar sepanjang tahun)
- Temperatur udara relatif panas
sampai dengan nikmat
- Kelembaban tinggi (mencapai
lebih dari 90%)
- Aliran udara relatif sesuai
kebutuhan manusia
- Amplitude temperatur antara
siang-malam 2 s/d 5o C (ini karena kelembaban udara yang tinggi).
KARAKTERISTIK
IKLIM INDONESIA
·
Dipengaruhi oleh pergerakan peredaran
matahari yang menyebabkan perubahan pola angin sehingga terdapat 2 musim, yaitu
musim hujan dan musim kemarau
·
Adanya Wilayah Indonesia yang terdiri
atas pulau-pulau, menyebabkan Indonesia bersifat menengah dan memiliki variasi
yang banyak
·
Di beberapa pulau besar seperti
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua terdapat gunung-gunung yang
tinggi sehingga mempengaruhi variasi unsur iklim di setiap wilayahnya.
4.
Factor-faktor penyebab
perubahan iklim global!
5.
PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
6.
Iklim di dunia selalu berubah, baik
menurut ruang maupun waktu. Perubahan iklim ini dapat dibedakan berdasarkan
wilayahnya (ruang), yaitu perubahan iklim secara lokal dan global. Berdasarkan
waktu, iklim dapat berubah dalam bentuk siklus, baik harian, musiman, tahunan,
maupun puluhan tahun. Perubahan iklim adalah perubahan unsur unsur iklim yang
mempunyai kecenderungan naik atau turun secara nyata.
1.
|
Faktor
Penyebab Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim global disebabkan oleh meningkatnya kosentrasi gas di atmosfer. Hal ini terjadi sejak revolusi industri yang membangun sumber energi yang berasal dari batu bara, minyak bumi dan gas yang membuang limbah gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Sang surya yang menyinari bumi juga menghasilkan radiasi panas yang ditangkap oleh atmosfer sehingga udara bumi bersuhu nyaman bagi kehidupan manusia. Apabila kemudian atnosfer bumi dijejali gas, terjadilah “efek selimut” seperti yang terjadi pada rumah kaca, yakni radiasi panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh “selimut gas” sehingga suhu bumi naik dan menjadi panas. Semakin banyak gas dilepas ke udara, semakin tebal “selimut Bumi”, semakin panas pula suhu bumi. |
||||||||
2.
|
Dampak Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim yang diperkirakan akan menyertai pemanasan global adalah sebagai berikut:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar