YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 19 Oktober 2013

Klasifikasi Iklim


1.      Klasifikasi iklim:
Iklim adalah keadaan rata-rata udara dari suatu daerah yang relatif luas dan dalam jangka waktu yang lama (kurang lebih 30 tahun). Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi.

a)      Iklim Matahari
Klasifikasi iklim matahari berdasarkan banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima suatu daerah dan terpengaruh oleh besar kecilnya garis lintang. Perbedaan garis-garis lintang di permukaan Bumi berpengaruh terhadap jumlah energi sinar matahari yang ditemuinya. Keadaan ini menyebabkan suhu udara di wilayah lintang rendah (khatulistiwa) lebih panas dibanding wilayah lintang tinggi (kutub). 


Daerah yang memiliki garis lintang yang semakin besar, maka semakin sedikit sinar matahari yang diterima daerah tersebut dan sebaliknya. Iklim matahari merupakan satu-satunya klasifikasi iklim berdasarkan segi fisik, yakni garis lintang yang ada di bumi.
Pembagian Iklim Matahari
1)      Daerah Iklim Tropis       : dengan letak lintang antara 23,5o LU - 23,5o LS.
2)      Daerah Iklim Sub Tropis            : dengan letak lintang antara 23,5o  LU - 40o  LU dan 23,5o LS - 40o  LS.
3)      Daerah Iklim Sedang     : dengan letak lintang antara 40o  LU – 66,5o LU dan 40o LS – 66,5o LS.
4)      Daerah Iklim Kutub           : dengan letak lintang antara 66,5 o LU - 90o LU dan 66,5o LS - 90o LS.
b)      Iklim Fisis
Iklim fisis adalah iklim yangpembagiannya didasarkan pada kenyataan kondisi sebenarnya suatu daerah yang disebabkan pengaruh lingkungan alamnya. Factor-faktor lingkungan itu sebagi berikut.
a.       Pengaruh daratan yang luas.
b.      Pengaruh penutup lahan (vegetasi).
c.       Pengaruh topografi (relief).
d.      Pengaruh arus laut.
e.       Pengaruh lautan.
f.       Pengaruh angin.
Iklim fisis dapat dibedakan menjadi:
a.      Iklim laut (Maritim)
Iklim laut berada di daerah (1) tropis dan sub tropis; dan (2) daerah sedang. Keadaan iklim di kedua daerah tersebut sangat berbeda. Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40°, adalah sebagai berikut:
  Suhu rata-rata tahunan rendah;
  Amplitudo suhu harian rendah/kecil;
  Banyak awan, dan
  Sering hujan lebat disertai badai
Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
  Amplituda suhu harian dan tahunan kecil;
  Banyak awan;
  Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik;
  Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba
b.      Iklim Darat (Kontinen)
Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah sedang. Ciri-ciri iklim darat di daerah tropis dan sub tropis sampai lintang 40, yaitu sebagai berikut:
  Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil; dan
  Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai taufan.
Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
  Amplitudo suhu tahunan besar;
  Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada musim dingin rendah; dan
  Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.
c.       Iklim Dataran Tinggi
Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan ciri-ciri, adalah sebagai berikut:
    Amplitudo suhu harian dan tahunan besar
    Udara kering,
    Lengas (kelembaban udara) nisbi sangat rendah; dan
    Jarang turun hujan.

d.      Iklim Gunung
Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di Tibet dan Dekan. Ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut:
  Amplitudo suhu lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi;
  Terdapat di daerah sedang;
  Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil;
  Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan hujan;
  Kadang banyak turun salju.
e.       Iklim Musim (Muson)
Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim musim yang berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
  Setengah tahun bertiup angin laut yang basah dan menimbulkan hujan.
  Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat yang kering dan akan menimbulkan musim kemarau.

c)      Iklim Koppen
Klasifikasi iklim Koppen didasarkan pada kombinasi antara temperature udara dengan curah hujan. Kedua unsure ini digunakan karena sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.
            Koppen mengklasifikasikan iklim dunia ke dalam lima jenis iklim utama yang diberi lambing huruf capital, yakni:

a. Iklim Tipe A (Iklim Hujan Tropis)
Wilayah beriklim tipe A memiliki curah hujan tinggi,penguapan tinggi (rata-rata 70 cm3/tahun), dan suhu udara bulanan rata-rata di atas 18° C. Curah hujan tahunan lebih dari penguapan tahunan, tidak ada musim dingin. Indikator vegetasinya adalah adanya tumbuhan yang peka terhadap suhu tinggi (megatherma) seperti berbagai jenis palma (kelapa, nipah dan lain-lain). Subregion dari iklim A adalah iklim Af, Aw, Am, Aw', Aw", As. Ketiga iklim pertama yaitu Af, Am, dan Aw lebih sering muncul, sehingga dalam pembahasan diarahkan pada ketiga subregion iklim tersebut. Wilayah beriklim tipe A dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut.

1) Iklim tipe Af memiliki suhu udara panas dan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Iklim Af    tipe iklim tropik basah (Tropical wet climate) dengan endapan hujan pada bulan - bulan terkering sekurang-kurangnya 60 milimeter (2,4 inchi). Di wilayah beriklim tipe A terdapat banyak hutan hujan tropik. Contoh: wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Wilayah beriklim tipe Af memiliki ciri:
a) hutan sangat lebat dan heterogen (bermacam-macam tanaman);
b) terdapat banyak tumbuhan panjat; serta
c) terdapat jenis tumbuhan seperti pakis, palem, dan anggrek.

2) Iklim tipe Am, memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang kering. Batas antara musim hujan dan kemarau tegas. Wilayah beriklim tipe Am antara lain terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan. Wilayah beriklim tipe Am memiliki ciri:
a) curah hujan tergantung musim;
b) jenis tanaman pendek dan homogen;
c) hutan homogen yang menggugurkan daunnya ketika kemarau.
3) Iklim tipe Aw, memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan dengan musim hujan. ).     Tipe iklim Aw tipe iklim basah tropik (tropical wet and dry climate). Ciri tipe iklim ini adalah memiliki curah hujan di bawah 60 milimeter sekurang-kurangnya satu bulan. Wilayah beriklim tipe Aw terdapat di wilayah Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kepulauan Aru, dan Papua bagian selatan.
Wilayah beriklim tipe Aw memiliki ciri:
a) hutan berbentuk sabana (savana);
b) jenis tumbuhan padang rumput dan semak belukar;
c) pohonnya berjenis rendah.
b. Iklim Tipe B (Iklim Kering)
Ciri Iklim tipe B adalah penguapan tinggi dengan curah hujan rendah (rata-rata 25,5 mm/tahun) sehingga sepanjang tahun penguapan lebih besar daripada curah hujan. Tidak terdapat surplus air. Di wilayah beriklim tipe B tidak terdapat sungai yang permanen. Wilayah beriklim tipe B dibedakan menjadi tipe Bs (iklim stepa) dan tipe Bw (iklim gurun).
c. Iklim Tipe C (Iklim Sedang Hangat)
Iklim tipe C mengalami empat musim, yaitu musim dingin, semi, gugur, dan panas. Suhu udara rata-rata bulan terdingin adalah (–3)°C – (–8)°C. Terdapat paling sedikit satu bulan yang bersuhu udara rata-rata 10° C. Iklim tipe C dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut.
1) Iklim tipe Cw, yaitu iklim sedang basah (humid mesothermal) dengan musim dingin yang kering.
2) Iklim tipe Cs, yaitu iklim sedang basah dengan musim panas yang kering.
3) Iklim tipe Cf, yaitu iklim sedang basah dengan hujan dalam semua bulan.

d. Iklim Tipe D (Iklim Salju Dingin)
Iklim tipe D merupakan iklim hutan salju dengan suhu udara rata-rata bulan terdingin < –3° C dan suhu udara rata-rata bulan terpanas > 10° C. Iklim tipe D dibedakan menjadi dua:
1) Iklim tipe Df, yaitu iklim hutan salju dingin dengan semua bulan lembap.
2) Wilayah beriklim tipe Dw, yaitu iklim hutan salju dingin dengan musim dingin yang kering.
e. Iklim Tipe E (Iklim Kutub)
Wilayah beriklim tipe E mempunyai ciri tidak mengenal musim panas, terdapat salju abadi dan padang lumut. Suhu udara tidak pernah melebihi 10° C. Wilayah beriklim tipe E dibedakan atas tipe Et (iklim tundra) dan tipe Ef (iklim kutub dengan salju abadi). Iklim tipe E terdapat di daerah Arktik dan Antartika.

Berdasarkan klasifikasi Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan beriklim C, dan di Puncak Jaya Wijaya beriklim E. Tipe iklim A dibagi menjadi tiga sub tipe yang ditandai dengan huruf kecil yaitu f, w dan m sehingga terbentuk tipe iklim Af, Aw, dan Am.
Kemudian, kelima iklim tersebut dibagi menjadi beberapa subkelompok dengan huruf kedua sebagi berikut.
s           : iklim setepa   : iklim semiarid dengan curah hujan rata-rata tahunan antara 38-76 cm
w         : iklim gurun    : iklim arid yang kebanyakan mendapat curah hujan rata-rata tahunan                                             kurang dari 35.
f           : lembab, ditandai dengan hujan yang cukup di setiap bulan, tidak ada musim kering.
m         : musim ditandai dengan kemarau lebih panjang daripada hujan.

Hasil kombinasinya adalah sebagai berikut.
·         Af                                            = iklim hujan tropic.
·         Aw                              = Iklim sabana tropic.
·         Bs                          = iklim stepa.
·         Bw                  = iklim gurun.
·         Cf              = iklim hujan sedang, panas tanpa musim kering, basah sepanjang tahun.
·         Cw      = iklim hujan sedang, panas dengan musim dingin kering.
·         Cs  = iklim hutan sedang, panas dengan musim panas yang kering.
·         Df        = iklim hutan dingin bersalju, tanpa musim kering, basah sepanjang tahun.
·         Dw      = iklim hutan bersalju dengan musim dingin yang kering.
·         Et        = iklim tundra.
·         Ef        = iklim salju (iklim yang beku terus menerus/es abadi).




d)     Iklim Junghuhn
Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya (berdasarkan ketinggian suatu tempat dan jenis tumbuhan yang cocok tumbuh di suatu daerah). Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat seperti yang ditunjukkan gambar berikut ini.












Menurut Junghuhn klasifikasi daerah iklim dapat dibedakan sebagai berikut
1. Daerah panas/tropis          : ketinggian tempat antara 0 – 600 m dari permukaan laut. Suhu 26,3° – 22°C. Tanamannya seperti padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat.
2. Daerah sedang                   : ketinggian tempat 600 – 1500 m dari permukaan laut. Suhu 22° -17,1°C. Tanamannya seperti padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran.
3. Daerah sejuk                     : ketinggian tempat 1500 – 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1° – 11,1°C. Tanamannya seperti teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran.
4. Daerah dingin                    : ketinggian tempat lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° – 6,2°C. Tanamannya tidak ada tanaman budidaya, kecuali sejenis lumut.
e)      Iklim Schmidt dan Ferguson
Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya
lebih dari 100 mm. Iklim Schmidt dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan atas nilai Q. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah. Nilai Q dirumuskan sebagai berikut.





Dikataka bulan kering dan bulan basah apabila mempunyai tingkat curah hujan sebagai berikut.
1.      Bulan kering    : bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm.
2.      Bulan basah     : bulan-bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm.
3.      Bulan lembab  : bulan-bulan yang curah hujannya antara 60 - 100 mm.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, ditentukanlah jumlah bulan kering dan bulan basah selama kurun waktu tertentu (Schmidt-Ferguson menggunakan data iklim selama 10 tahun atau lebih).


TabelKlasifikasi Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson
Tipe Iklim
Nilai Q
Sifat
Vegetasi
A
0 < Q < 0,143
Sangat basah
Hutan hujan tropis
B
0,143 < Q < 0,333
Basah
Hutan hujan tropis
C
0,333 < Q < 0,600
Agak basah
Hutan rimba
D
0,600 < Q < 1,000
Sedang
Hutan musim
E
1,000 < Q < 1,670
Agak kering
Sabana
F
1,670 < Q < 3,000
Kering
Sabana
G
3,000 < Q < 7,000
Sangat kering
Padang ilalang
H
7,000 < Q

Luar biasa kering
Padang ilalang

f)       Iklim Oldeman
Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curahhujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Sedang untuk membudidayakan palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim. Dalam metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering sebagai berikut.
a. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm.
b. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100–200 mm.
c. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm.

Berdasarkan bulan basah, Oldeman menentukan lima klasifikasi iklim atau daerah agroklimat utama seperti tabel berikut ini.





Tabel Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
g)      Thormthwaite

2.      Menjelaskan dasar klasifikasi iklim!
a.       Iklim matahari
Ø  Berdasarkan pada kedudukan pergeseran semu matahari yang memengaruhi banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi (factor garis lintang).
b.      Iklim fisis
Ø  Berdasarkan pada kenyataan kondisi sebenarnya suatu daerah yang disebabkan pengaruh lingkungan alamnya.
c.       Iklim Koppen
Ø  Berdasarkan pada kombinasi antara temperature udara dengan curah hujan atau berdasarkan curah hujan dan suhu udara. Selain itu, juga mempertimbangkan vegetasi dan penyebaran jenis tanah.
d.      Iklim Junghuhn
Ø  Berdasarkan pada ketinggian suatu tempat dan jenis tumbuhan yang cocok tumbuh di suatu daerah atau berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya.
e.       Iklim Schmidt dan Ferguson
Ø  Berdasarkan pada jumlah curah hujan setiap bulan dalamm satu tahun atau jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah.
f.       Iklim Oldeman
Ø  Menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan.
g.      Iklim Thormthwaite

3.      Karakteristik iklim di Indonesia!

Ciri-ciri iklim di indonesia

- Curah hujan tinggi (1800m/tahun)
- Radiasi matahari tinggi (matahari bersinar sepanjang tahun)
- Temperatur udara relatif panas sampai dengan nikmat
- Kelembaban tinggi (mencapai lebih dari 90%)
- Aliran udara relatif sesuai kebutuhan manusia
- Amplitude temperatur antara siang-malam 2 s/d 5o C (ini karena kelembaban udara yang tinggi).
KARAKTERISTIK IKLIM INDONESIA
·         Dipengaruhi oleh pergerakan peredaran matahari yang menyebabkan perubahan pola angin sehingga terdapat 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau
·         Adanya Wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau, menyebabkan Indonesia bersifat menengah dan memiliki variasi yang banyak
·         Di beberapa pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua terdapat gunung-gunung yang tinggi sehingga mempengaruhi variasi unsur iklim di setiap wilayahnya.

4.      Factor-faktor penyebab perubahan iklim global!
5.      PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
6.      Iklim di dunia selalu berubah, baik menurut ruang maupun waktu. Perubahan iklim ini dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya (ruang), yaitu perubahan iklim secara lokal dan global. Berdasarkan waktu, iklim dapat berubah dalam bentuk siklus, baik harian, musiman, tahunan, maupun puluhan tahun. Perubahan iklim adalah perubahan unsur unsur iklim yang mempunyai kecenderungan naik atau turun secara nyata.
1.
Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim global disebabkan oleh meningkatnya kosentrasi gas di atmosfer. Hal ini terjadi sejak revolusi industri yang membangun sumber energi yang berasal dari batu bara, minyak bumi dan gas yang membuang limbah gas di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Sang surya yang menyinari bumi juga menghasilkan radiasi panas yang ditangkap oleh atmosfer sehingga udara bumi bersuhu nyaman bagi kehidupan manusia. Apabila kemudian atnosfer bumi dijejali gas, terjadilah “efek selimut” seperti yang terjadi pada rumah kaca, yakni radiasi panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh “selimut gas” sehingga suhu bumi naik dan menjadi panas. Semakin banyak gas dilepas ke udara, semakin tebal “selimut Bumi”, semakin panas pula suhu bumi.
2.
Dampak Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim yang diperkirakan akan menyertai pemanasan global adalah sebagai berikut:
a.
Mencairnya bongkahan es di kutub sehingga permukaan laut naik.
b.
Air laut naik maka akan menenggelamkan pulau dan menghalangi mengalirnya air sungai ke laut yang menimbulkan banjir di dataran rendah kalau di Indonesia seperti pantai utara Pulau Jawa, dataran rendah Sumatera bagian timur, Kalimantan bagian selatan, dan lain-lain.
c.
Yang paling mencemaskan adalah berubahnya iklim sehingga berdampak buruk pada pola pertanian Indonesia yang mengandalkan makanan pokok beras pada pertanian sawah yang bergantung pada musim hujan. Suhu bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air permukaan sehingga air menjadi langka. Ini memukul pola pertanian berbasis air.
d.
Meningkatnya resiko kebakaran hutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar